SSB MATTOANGING

Selasa, 12 Januari 2010

MUNGKINKAH EL CLASICO MENJADI KUBURAN PELLEGRINI



MUNGKINKAH EL CLASICO MENJADI KUBURAN PELLEGRINI 

Camp Nou, 29 November 2009. Nasib Manuel Pellegrini sebagai pelatih Real Madrid disebut-sebut ditentukan dalam partai klasik berjuluk el clasico. Ya, hari itu Madrid menantang Barcelona di Camp Nou. Kekalahan, terlebih bila tanpa perlawanan, diyakini sebagai pintu keluar Pellegrini dari Madrid.

Benarkah Madrid mencari pelatih ke-11 setelah abad berganti? Florentino Perez, Presiden Real Madrid yang dikenal cepat dan berani mengambil keputusan, pernah berujar dia akan memberi Pellegrini kesempatan hingga akhir musim.



Bahkan, Perez sempat mengisyaratkan penerimaannya ketika Madrid gagal di Copa del Rey. Alasannya? Madrid tengah membangun karakter menjadi tim tangguh dan seimbang di musim berikut. Investasi 257.400.000 euro, sekitar 3,6 triliun rupiah, untuk membeli pemain musim ini adalah cermin ambisi besar Perez menguasai kembali daratan Spanyol dan Eropa.

Apa dosa Pellegrini? Performa dan posisi Madrid di Liga Champion jelas sangat dipertimbangkan sebagai buah karya pelatih asal Cili ini. Di panggung Primera Division, hingga jornada 10, posisi El Real tak jelek-jelek amat. Walau masih berada di bawah Barcelona, perbedaan nilai hanya satu.

Namun petir di siang bolong muncul saat Pellegrini memainkan sejumlah pemain cadangan sebagai starter di ajang Copa del Rey. Sungguh masuk akal bila Jerzy Dudek, Alvaro Arbeloa, Christoph Metzelder, Royston Drenthe, Mahamadou Diarra, Rafael van der Vaart, hingga Guti Hernandez menjadi starter melawan Alcorcon.

Tuan rumah hanyalah anggota Segunda Division B, setara dengan Divisi III. Lagi pula, di markas Alcorcon itu masih ada Raul Gonzalez dan Karim Benzema di lini depan dalam formasi 4-4-2.

Tapi kekalahan 0-4 adalah tamparan bagi klub yang paling royal berbelanja pemain musim ini. Madrid diolok-olok. Harga diri sebagai Klub Terbaik Abad XX pilihan FIFA tercoreng. Pemberitaan, terlebih oleh media yang anti-Madrid, sangat menyakitkan. Tidur Perez terganggu!

Akhirnya sang presiden tak kuasa menahan gundah. Ia menumpahkan kekesalan pada Pellegrini karena pelatih tidak menampilkan skuad terbaik. Tapi Pellegrini yakin, keputusannya melakukan rotasi dalam frekuensi tinggi penting guna meredam gejolak sewaktu-waktu muncul akibat kebijakan sang presiden.

Sebelum menjamu Racing Santander di jornada 11, Sabtu (21/11), Pellegrini sudah memakai 21 pemain sebagai starter di Primera Division. Untuk Liga Champion, starting line-up Madrid dalam empat laga Grup C diperankan oleh 17 pemain.

Ya, bukankah Perez yang mengumandangkan Real Madrid sebagai rumah pesepak bola terbaik dunia. Ia mengumpulkan pemain dengan lebih mengutamakan prospek bisnis daripada kepentingan sang pelatih meracik strategi.

Padahal Pellegrini hanya berusaha membuat nyaman pemain-pemain berkategori bintang di Santiago Bernabeu.

Bagaimanapun, kompetisi yang panjang dan melelahkan, diselingi partai internasional menuju Piala Dunia 2010, harus disikapi dengan menjaga peak performance pemain. Bila Kaka dkk. dipaksa tancap gas terus sejak awal kompetisi, bukan tak mungkin pada saat genting performa tim akan menurun.

Hanya, kegagalan di Copa del Rey dari tim antah-berantah bernama Alcorcon jauh dari dugaan Pellegrini. Perseteruannya dengan Guti Hernandez juga bisa menimbulkan dampak yang tidak diprediksi. Pemain senior di Madrid punya posisi penting, sesuatu yang tak disukai Pellegrini.

Sejak awal saya membaca berita di situs-situs olah raga bahwa Florentino Perez memilih Manuel Pellegrini sebagai penerus Juande Ramos, ada kekhawatiran yang muncul. Di Villarreal, pelatih berusia 56 tahun ini bisa menyingkirkan Juan Roman Riquelme dan meredupkan sinar kebintangan playmaker asal Argentina itu. Padahal, hampir tak ada penyangkalan menyebut besarnya jasa Riquelme melambungkan Villarreal mencapai semifinal Liga Champion 2004/05.

Mau membandingkan jumlah pemain berkategori elite selama Pellegrini lima musim di Villarreal (2004-09) dengan milik Madrid saat ini? Seolah senandung Ary ‘Bill Broad’ Wibowo dalam lagu ‘Singkong dan Keju’ kembali berkumandang.

Luiz Felipe Scolari

Lalu, sejauhmana kebenaran berita El Mundo Deportivo soal pergantian pelatih Madrid? Nama Luiz Felipe Scolari sudah muncul ke permukaan.

Popularitas Luiz Felipe Scolari memang lebih baik daripada Pellegrini. Saat ini, pemberitaan tentang pelatih asal Brasil berusia 61 itu lebih kepada statusnya yang diyakini sebagai pelatih bergaji terbesar di dunia.

Juara Uzbekistan, Bunyodkor, disebut-sebut membayar upah Scolari sebesar 20 juta euro untuk 18 bulan kontrak kerja. Hmm... menerima 280 miliar rupiah selama kerja 1,5 tahun? Apa yang bisa seorang pelatih berikan dalam waktu singkat seperti itu? Kemana perginya istilah, ”Saya bukan tukang sulap” yang biasa dipakai pelatih sepak bola untuk mewaspadai harapan tinggi majikan baru dalam waktu kerja singkat?

Saya punya keyakinan begini: setelah gagal dan dipermalukan di Chelsea, Scolari butuh pelarian untuk membuktikan dia bukan pelatih gagal. Pembuktian itu diwujudkan dengan status sebagai pelatih termahal di dunia.

Tapi siapa itu Football Club Bunyodkor? Anda bisa membayangkan seorang pelatih sekelas Scolari menukangi sebuah klub yang baru berdiri pada 6 Juli 2005. Klub ini mencoba memakai daya tarik finansial ketika berusaha mendatangkan pesepak bola elite, seperti Samuel Eto’o, Andres Iniesta, Carles Puyol, hingga Cesc Fabregas.

Bila acuannya bintang lima, hanya Rivaldo yang berhasil digaet, itupun saat ia berusia 36 tahun. Pada 25 Agustus 2008, Rivaldo mengumumkan berhenti dari Olympiakos guna menerima pinangan senilai 10,2 juta euro untuk dua tahun dari Bunyodkor.

Bukankah Scolari lebih dikenal sebagai pelatih yang membawa Brasil menjuarai Piala Dunia 2002? Jangan salahkan saya bila muncul keraguan terhadap kemampuan Felipao menukangi klub elite Eropa. Ya, untuk kategori klub, Chelsea adalah satu-satunya klub bintang lima Eropa yang pernah ia tukangi. Hasilnya? Felipao dipecat 9 Februari 2009, sebelum ia merampungkan Premier League 2008/09.

Kredibilitas Big Phil pun diselimuti tanda tanya. Ketika ia memutuskan menerima tawaran Roman Abramovich sebagai pelatih Chelsea saat tim yang ia pegang, Portugal, tengah berlaga di Euro 2008, saya memvonis kegagalan segera menghampiri Cristiano Ronaldo dkk. Prediksi saya tepat!

Tapi bila dilihat dari sisi lain, Scolari adalah orang yang dipandang tepat memimpin Kaka dan Ronaldo. Kedua pemain termahal di dunia itu pernah menjadi anak asuhnya di tim nasional Brasil dan Portugal. Harmonisasi dan sepak bola menyerang yang diidam-idamkan Madridistas bisa diwujudkan Felipao. Benarkah?

Hari demi hari menjelang duel el clasico semakin punya arti. Bagi saya bukan soal menang atau kalah yang menjadi penantian. Haruskah pertarungan klasik, yang maknanya sulit kita pahami, memaka
Terbitkan Entri
n korban seorang pelatih? *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tuliskanlah kata-katamu sendiri, sesukamu...kawan...

sang juara

ARTIKEL (10) KaBar (3) KB (2) KICK OFF (6) OFF-side (2) Teknik Sepak Bola (3)

Arsip Blog