SSB MATTOANGING

Selasa, 05 Januari 2010




Posted by Picasa

2 komentar:

  1. Industri Sepak Bola
    Pada sebagian besar negara di luar negeri – jika ini bisa dijadikan patokan – sepakbola telah bergeser dari sekadar hobi belaka menjadi sebentuk aktivitas industri yang cukup menggiurkan : industri sepakbola dengan omzet yang cukup besar dan kontribusi sosial yang positif. Tidak jarang sepakbola malah dijadikan sebagai simbol/karakter “positif “sebuah bangsa, terutama di belahan benua Eropa dan sebagian Amerika.
    Kita mengenal Brazil dengan goyang Samba-nya, Italia dengan strategi Cattenacio-nya dan Belanda dengan Total Football-nya. Mereka telah banyak menikmati indahnya dunia persepakbolaan sesungguhnya, dan dengan senang hati kini membaginya untuk kita jadikan tontonan rutin setiap pekan, bahkan dengan harus begadang atau berlarut malam pun dan kita rela membayar untuk itu.
    Bagaimana dengan Indonesia? Meskipun telah menjadi olahraga sejak zaman “purba” di Nusantara ini, sepak bola sesungguhnya belum bisa memberikan kontribusi berarti bagi bangsanya sendiri. Sepakbola Indonesia masih dikenal dengan “tawuran antar supporter” dan “jual beli wasit”-nya. Ibarat bahasa, sepakbola (olahraga) sebenarnya menunjukkan bangsa.
    Jadi, jika dunia persepakbolaan berkembang “bagus” pada suatu negara, maka kita bisa menduga bangsa itu juga “bagus”. Begitu juga sebaliknya. Carut-marutnya wajah persepakbolaan di Indonesia sungguh tidak bisa dilepaskan dari realitas keseluruhan bangsa yang sedang dilanda “krisis”.
    Di tengah minimnya dana yang dialokasikan pemerintah untuk pembinaan dan pengembangan olahraga sepakbola di tanah air, kita justru melupakan upaya optimalisasinya. Inefisiensi biaya, kondisi perwasitan yang tidak diperhatikan serta banyaknya klub yang mesti timbul-tenggelam dalam keikutsertaannya di Liga Domestik menunjukkan, betapa industri sepakbola di negara kita masih sangat jauh dari harapan, apalagi untuk bisa menguntungkan layaknya sebuah industri.
    Padahal dengan membereskan secara lebih dini problem-problem non-teknis semacam itu, hematnya bisa mencegah perluasan masalah, sehingga pada gilirannya kita tidak lagi saling berseteru tentang “wasit telah dibeli”, “skor pertandingan sudah diatur”, atau “fair play tidak ada lagi”, justru pada saat kompetisi akan berakhi seperti sekarang ini.
    Kini semua kita sudah seharusnya menyadari, dalam tradisi persepakbolaan kita, betapa besarnya peluang positif yang selama ini telah kita sia-siakan, karena kita belum sungguh-sungguh berkomitmen membenahi wajah olahraga ini.
    Mengimpikan Indonesia sebagai sebuah negara yang bukan saja banyak penduduknya, melainkan juga harum namanya di mata dunia, dapat saja dicapai dengan mengembangkan industri sepakbola tanah air dengan sungguh-sungguh. Karena pada prinsipnya, kita tidaklah terpaut jauh secara fisik dibandingkan dengan Jepang, Korea Selatan atau bahkan Inggris Raya yang terkenal dengan sepakbolanya itu. Kita (barangkali) hanya kalah komitmen dan belum punya etos kerja yang disiplin dan jujur, meskipun kita jauh lebih berumur dari mereka.
    Pada kenyataannya, dunia olahraga dapat berposisi bi-implikasi dengan fungsi “alternating current”, (timbal balik) maksudnya bahwa olahraga pada satu sisi dapat dipengaruhi oleh realitas bangsanya, tetapi pada sisi lain dapat pula mempengaruhi realitas bangsanya.
    Olahraga, dengan nilai-nilai universal di dalamnya, dapat dijadikan sebagai “perekat” antar perbedaan-perbedaan suku, agama, ras dan golongan masyarakat kita. Tetapi jika tidak dikelola dengan baik, maka kerap kali ini bahkan berubah menjadi momok menakutkan bagi setiap orang. Tidak sedikit tragedi kemanusiaan terjadi dalam pentas olahraga akibat kesalahan pengelolaan (mala-managemen).

    BalasHapus
  2. seperti puisi disayat dagingnya...
    tak ada makna yang bisa menutup syairku,
    aku bingung, kita berada di genre mana?
    para petinggi negeri jadi penjual kejujuran
    sandiwara apa lagi dg Century....

    tak bisakah aku percaya sejenak padamu,
    aku hanya ingin memejamkan sajakku, walau sekejap

    BalasHapus

tuliskanlah kata-katamu sendiri, sesukamu...kawan...

sang juara

ARTIKEL (10) KaBar (3) KB (2) KICK OFF (6) OFF-side (2) Teknik Sepak Bola (3)

Arsip Blog