Peter Schmeichel (1991-1999)
Bukan hanya kiper terbaik yang pernah dimiliki MU. Dia adalah salah satu kiper terbaik sepanjang masa yang disejajarkan dengan Gordon Banks dan Lev Yashin.
Ketika saya pertama kali nonton MU pada tahun 1992, keberadaan Schmeichel adalah 80% kekuatan lini belakang MU. Dia direkrut dari Brondby seharga £530.000 yang disebut-sebut oleh Sir Alex sebagai pembelian terbaik abad ini. Saya ingat ketika dia membuat bombers sekelas Klinsmann, Del Piero, dan Van Basten frustrasi. Dialah aktor utama yang membawa MU meraih tiga gelar pada tahun 1999.
Hingga saat ini belum ada satu pun kiper MU yang bisa mengalahkan kualitasnya. Yes! Definitely the best goalkeeper ever!
Momen Paling Berkesan : lusinan penyelamatan dahsyat yang dia lakukan, termasuk sewaktu menghadapi Inter Milan, Juventus, dan Arsenal pada tahun 1998/99. Plus ketika dia membuat gol di UEFA Cup 1995 pada menit terakhir (lihat di sini).
Departure : usai membela MU di 292 pertandingan, pada usia 36 tahun dia mencari tantangan yang lebih ringan di Sporting Lisbon dan membawa mereka juara Liga Portugal 2000.
Raimond van Der Gouw (1996 - 2002)
Kiper Belanda bertubuh tinggi besar ini sengaja dibeli untuk menjadi deputi Schmeichel, menggantikan Tony Coton.
Walaupun demikian, dia merupakan cadangan yang loyal dan punya kualitas rata-rata. Pada musim 1999/2000 dia bersaing ketat dengan Bosnich sebagai kiper utama. Saya selalu khawatir jika dia bermain sebab gawang MU jauh lebih rawan dibanding dikawal Schmeichel.
Momen Paling Berkesan : versus Monaco di Liga Champions 1999 ketika melakukan sejumlah penyelamatan hebat, walau akhirnya MU tersingkir oleh gol penyerang muda, David Trezeguet.
Departure : usai tampil dalam 37 pertandingan, kontraknya tidak diperpanjang dan dia pindah ke West Ham pada usia 39 tahun.
Mark Bosnich (1999 - 2001)
Setelah Schmeichel bergabung ke Sporting, ada lubang menganga di pertahanan MU. Pilihan pengganti jatuh kepada Bosnich yang punya track record mantap bersama Villans. Jujur saja, saat itu saya lebih menjagokan dua kiper muda : Richard Wright dan Sebastian Frey.
Kualitas Bosnich amat buruk. Namun kiper-kiper MU lain lebih hancur lagi. Akhirnya MU terpaksa bergantung padanya untuk satu musim.
Momen Paling Berkesan : versus Palmeiras pada Intercontinental Cup dan Real Madrid pada Liga Champions adalah penampilan bagus Bosnich yang saya ingat. Lainnya saya sudah lupa semua.
Departure : musim pertama main 23 pertandingan, musim kedua jadi cadangan, terus pindah ke Chelsea dan kena kasus narkoba.
Massimo Taibi (1999)
Sempat mengawal jala AC Milan menyaingi Sebastiano Rossi, pantas dia dibebani harapan besar. Sayangnya, The Blind Venetian (Si Buta dari Venezia) ini ternyata lebih jelek dari Bosnich. Tidak aneh apabila di sekolah muncul ejekan suporter lawan : "Taibi, Tai Babi!"
Dia kebobolan gol tolol saat melawan Southampton dan kemasukan lima gol ketika MU digasak Chelsea 0-5. Dia tidak pernah main lagi.
Momen Paling Berkesan : versus Southampton di Premier League 1999 (tentu saja) ketika bola sepakan penyerang timnas, Matthew Le Tissier, menerobos selangkangannya. (lihat di sini)
Departure : hanya main 4 pertandingan, digusur jadi kiper ketiga di bawah Bosnich dan Van Der Gouw. Dia pun pindah ke Reggina.
Fabien Barthez (2000 - 2004)
Saya tidak ingin pemain ini bergabung dengan MU karena kelakuan badutnya seringkali merugikan tim. Namun setelah melihat Taibi dan Bosnich, rasanya keadaan tidak mungkin lebih buruk lagi.
Penampilan Barthez boleh dibilang cukup oke. Banyak penyelamatan dahsyat yang dia ambil. Namun nggak kalah banyak juga keputusan gobloknya. Aksi gemilang dan blundernya fifty-fifty lah.
Boleh dibilang setiap kali Barthez bermain, pendukung MU jadi ekstra was-was karena atraksinya kadang keterlaluan, termasuk pada saat melawan Arsenal dan Deportivo La Coruna. Hingga akhirnya, blunder fenomenalnya yang kesekian "milyar" kali saat melawan Real Madrid membuat dia tidak pernah dimainkan lagi oleh Sir Alex.
Momen Paling Berkesan : ritual ciuman menjijikan dengan Laurent Blanc dan gol tolol melawan Arsenal gara-gara blundernya, dua kali (lihat di sini)
Departure : gara-gara blunder lawan Real Madrid, Barthez tak pernah dimainkan lagi, kemudian dipinjamkan ke Marseille dan dilepas ke sana usai membela MU sebanyak 92 pertandingan.
Roy Carroll (2001 - 2005)
Caroll pada mulanya ditujukan sebagai kiper deputi Barthez, namun pada tahun 2003 dia diposisikan sebagai kiper utama akibat blunder Barthez yang makin menjadi-jadi membuat muak Sir Alex.
Selama menjadi kiper utama, Carroll punya kualitas standar. Nggak banyak penyelamatan hebat namun juga tidak terlalu buruk. Carroll kembali jadi kiper utama pada tahun 2005, menggusur Howard.
Momen Paling Berkesan : kebobolan dari jarak sekitar 60 meter ketika melawan Tottenham, untungnya gol tersebut tidak diakui oleh karena wasit dan hakim garis tidak melihatnya (lihat di sini)
Departure : usai main sebanyak 49 pertandingan dia pun memilih pindah ke West Ham daripada menjadi kiper cadangan.
Tim Howard (2003 - 2006)
Blunder gila-gilaan Barthez membuat Carroll menggantikannya, tapi Ferguson merasa Carroll tak cukup baik. Maka Howard, kiper terbaik Liga MLS Amerika Serikat, pun dibeli pada musim 2003/2004.
Saya terkejut karena Howard ternyata main sangat bagus. Bahkan aksinya jauh lebih hebat dari Barthez, untuk musim pertama. Musim kedua, permainan Howard menurun drastis. Hingga akhirnya Sir Alex pun mengembalikan posisi kiper utama ke Carroll.
Momen Paling Berkesan : kemasukan gol saat melawan Porto dan Jose Mourinho berlari histeris seperti monyet gila (lihat di sini)
Departure : main 45 pertandingan diakhiri penampilan buruk, dia digusur oleh Carroll dan Van Der Sar, akhirnya dijual ke Everton.
Edwin van Der Sar (2005 - now)
Sejak Schmeichel pindah, belum ada kiper lain yang bisa menyaingi dia, selain Van Der Sar. Kiper jangkung ini bahkan berhasil mengukir rekor 1.311 menit tanpa kebobolan pada tahun 2009.
Saya termasuk cukup pesimis ketika Sir Alex merekrutnya, karena waktu itu Van Der Sar telah berusia 35 tahun. Namun ternyata saya keliru. Kecepatan dan ketangkasannya belum hilang, bahkan mampu bersaing dengan Cech dan Reina yang jauh lebih muda.
Jangkauannya yang panjang dan ketenangannya saat menjaga jala MU memberikan nuansa tersendiri, kontras dengan Schmeichel yang meledak-ledak. Bukan tidak mungkin di penghujung karirnya nanti ia melakukan hal yang lebih hebat daripada sang legenda.
Momen Paling Berkesan : menggagalkan tiga tendangan penalti pemain Chelsea di Community Shield (lihat di sini) dan mempecundangi Chelsea lagi di final Liga Champions (lihat di sini).
Status : main 132 pertandingan untuk MU dan rencananya akan pensiun di klub ini.
Tomasz Kuszczak (2006 - now)
Kuszczak menjadi populer setelah bermain dengan sangat gemilang bagi West Bromwich pada tahun 2004-2007. Hal ini memikat Sir Alex merekrutnya untuk mengkover Van Der Sar, karena MU baru saja kehilangan Howard. Kuszczak pun dipinjam dari West Bromwich.
Meskipun tidak istimewa, Kuszczak merupakan kiper dengan kualitas standar Premier League yang sudah teruji di top-flight. Ini membuat saya tidak terlalu khawatir andaipun Van Der Sar cedera.
Penampilannya yang memuaskan membuat MU merekrutnya secara permanen. Hanya saja sejak awal musim 2008/09 kemarin Kuszczak dipaksa bersaing ketat dengan Foster untuk memperebutkan posisi kiper kedua. Kita lihat siapa yang lebih baik.
Momen Paling Berkesan : ketika dia menggagalkan tendangan penalti Gilberto Silva saat MU menghadapi Arsenal (lihat di sini)
Status : main 19 pertandingan dan masih terikat kontrak hingga tahun 2012.
Ben Foster (2007 - now)
Foster dikontrak MU pada tahun 2005 namun langsung dipinjamkan ke Watford selama dua tahun. Ternyata di Watford dia menunjukkan penampilan yang luar biasa. Barulah pada tahun 2007 dia ditarik ke MU hingga menggusur posisi Kuszczak sebagai kiper kedua.
Usianya relatif muda untuk seorang kiper. Gayanya eksentrik serta penuh aksi akrobatik, namun hal yang tak kalah penting : dia orang Inggris. Banyak yang meramalkan bahwa Foster menjadi solusi kiper Inggris sejak runtuhnya era David Seaman.
Bagi MU sendiri, Foster belum melakukan banyak hal. Namun dari beberapa kali dipercaya mengawal jala MU, saya berani memberinya nilai 7. Namun tentu saja jalannya masih sangat panjang.
Momen Paling Berkesan : melawan Tottenham di final Piala Carling, ketika itu Foster menjadi pahlawan yang membawa MU meraih gelar juara (lihat di sini).
Status : main 3 pertandingan untuk MU dan diplot menggantikan Van Der Sar
penjaga gawang yang hebat, dan melegenda di dunia. Kami terus memimpikan akan lahir talenta hebat seperti mereka dari Sekolah Sepak Bola Mattoanging, atau dari SSB Tamalanrea Jaya, atau mungkin dimana saja dari seluruh Indonesia agar publik sepak bola kita kian semarak
BalasHapus